Negara kita Indonesia memang kaya akan khasanah budaya dan tradisi nenek moyang dari sabang sampai merauke. Seperti misalnya di Makassar ada prosesi pernikahan menurut adat Makassar, ada tradisi Ruwahan masyarakat Jawa dan lain sebagainya. Begitu juga untuk daerah di wilayah Indonesia lainnya. Salah satunya di kota Kupang lebih spesifiknya di suku sabu atau sawu. Biasanya di Pulau Sabu, dalam setiap acara-acara keluarga yang digelar seperti, pesta pernikahan
dan lain sebagainya. Ada satu tradisi unik yang biasa dilakukan yaitu tradisi cium hidung atau hidung ketemu hidung. Ciuman antar hidung ini dilakukan dengan cara saling menyenggolkan hidung satu sama lain, baik
itu antara sesama perempuan, atau pun laki-laki, bahkan antara perempuan dan laki-laki. Tradisi ciuman hidung ini mengandung makna sebagai penghormatan bagi orang yang di 'salami' dengan cara saling
bersenggolan hidung. Berciuman hidung merupakan budaya orang Sabu yang biasanya diberikan
kepada orang-orang istimewa. Dengan ciuman mereka mau menyatakan bahwa
mereka menerima seseorang dengan hati terbuka.
Ciuman ini dilakukan dengan tidak mengenal umur, gender, profesi
bahkan status sosial. tradisi saling berciuman hidung ini dianggap sebagai nilai luhur yang
diwariskan oleh nenek moyang Orang Sabu, yang mengandung makna yaitu
betapa kita sebagai sesama manusia harus bisa saling memberi dan
menerima tanpa rasa pamrih dan juga bisa mengaktualisasikan kasih sayang
terhadap sesama tanpa pandang bulu. Dalam keseharian masyarakat Sabu, cium menciuman hidung menjadi tanda
perdamaian. Konflik yang sehebat apa pun akan berakhir dengan sendirinya
setelah berciuman hidung. Sungguh besar dan dalam makna berciuman hidung ini bagi masyarakat di Pulau Sabu.